Menjaga Keseimbangan Belajar dan Istirahat Anak
Belajar efektif membutuhkan keseimbangan. Dengan jam belajar hingga pukul 13.30, anak memiliki waktu cukup untuk beristirahat, memulihkan energi, dan memperkuat daya ingat.
SD


Pentingnya Istirahat untuk Pembentukan dan Penguatan Memori Anak
Di Shahaba, kami percaya bahwa proses belajar yang baik tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga saat anak beristirahat.
Istirahat bukan sekadar jeda dari kegiatan belajar, melainkan waktu berharga bagi otak untuk bekerja dengan caranya sendiri — memproses, menyimpan, dan memperkuat informasi yang baru diterima.
Dengan jam belajar yang berlangsung hingga pukul 10.00 untuk kelas I, 11.00 untuk kelas II dan 13.30 untuk kelas III-VI, Shahaba berupaya menjaga agar ritme belajar anak tetap seimbang: cukup waktu untuk fokus di sekolah, dan cukup waktu untuk beristirahat di rumah.
1. Otak Butuh Waktu untuk Menyimpan Pelajaran
Saat anak belajar di kelas, mereka menerima banyak informasi baru, mulai dari pelajaran, diskusi, hingga pengalaman sosial bersama teman.
Waktu istirahat memberi kesempatan bagi otak untuk menyaring informasi penting dan menyimpannya dalam memori jangka panjang.
Tanpa waktu istirahat yang cukup, sebagian informasi itu hanya tersimpan sementara dan mudah terlupakan.
Karena itu, penerapan jam belajar di Shahaba diharapkan dapat memfasilitasi agar otak anak memiliki waktu yang cukup untuk “mendiamkan” dan mengendapkan ilmu yang telah didapat.
2. Tidur dan Istirahat Membantu Daya Ingat Anak
Penelitian menunjukkan bahwa tidur malam yang cukup dapat memperkuat koneksi antarsel otak yang berperan dalam pembentukan memori.
Bahkan tidur siang singkat juga terbukti membantu meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak usia sekolah dasar.
Jadi, setelah pulang sekolah, waktu istirahat anak bukan berarti waktu terbuang — justru saat itulah otak mereka bekerja dalam diam untuk memperkuat pelajaran hari itu.
(NIH – Sleep Deprivation and Memory)
3. Menghindari Kelelahan Belajar
Belajar terus-menerus tanpa jeda bisa membuat anak kelelahan secara mental.
Anak yang terlalu lelah cenderung sulit fokus, mudah bosan, bahkan bisa kehilangan minat terhadap pelajaran.
Kegiatan belajar yang disusun dengan pola seimbang: waktu belajar efektif di pagi hingga siang hari, diselingi istirahat dan kegiatan yang ringan dapat membantu anak tetap semangat dan siap menerima pelajaran baru tanpa merasa terbebani.
4. Menumbuhkan Fokus dan Semangat Belajar
Anak yang cukup istirahat biasanya datang ke sekolah dengan suasana hati yang lebih baik. Mereka lebih mudah berkonsentrasi, lebih ceria, dan lebih siap untuk belajar bersama teman-temannya.
Dengan dukungan orang tua di rumah seperti mengatur waktu tidur malam, membatasi penggunaan gawai, dan memberi suasana rumah yang tenang, kualitas belajar anak di sekolah pun diharapkan akan semakin meningkat.
Tips Sederhana untuk Orang Tua di Rumah
Pastikan anak tidur malam cukup, sekitar 8–10 jam tergantung usianya.
Setelah pulang sekolah, beri waktu anak beristirahat atau tidur siang sebentar sebelum belajar kembali.
Gunakan teknik belajar ringan, seperti belajar 25 menit, istirahat 5 menit, untuk menjaga fokus.
Hindari belajar hingga larut malam, karena otak yang lelah sulit menyimpan informasi baru.
Penutup
Belajar yang baik bukan hanya tentang berapa lama anak duduk di meja belajar, tetapi juga bagaimana otak mendapat kesempatan untuk memproses ilmu dengan tenang.
Dengan menjaga keseimbangan antara waktu belajar dan istirahat, anak-anak Shahaba diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, seimbang, dan bahagia dalam belajar.
Referensi
Newbury, C., Crowley, R., Rastle, K., & Tamminen, J. (2021). Sleep Deprivation and Memory: Meta-Analytic Reviews of Studies on Sleep Deprivation Before and After Learning. National Institutes of Health (NIH)
Stickgold, R., & Walker, M. P. (2009). Sleep-Dependent Memory Consolidation and Reconsolidation. U.S. National Library of Medicine (PMC)
Sleep and Memory Consolidation in Healthy, Neurotypical Children. Portland Press – Emerging Topics in Life Sciences

